Beranda | Artikel
Pertanyaan Pada Hari Kiamat
Sabtu, 5 Desember 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas

Pertanyaan Pada Hari Kiamat adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas pada Sabtu, 20 Rabiul Akhir 1442 H / 05 Desember 2020 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Pertanyaan Pada Hari Kiamat

Pembahasan kita berkaitan dengan hari kiamat dan kita sudah bahas tentang masalah hisab. Pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan banyak sekali, tidak mungkin semuanya saya bawakan. Di buku ini saya ringkas saja.

Ada yang perlu saya sampaikan, tolong Antum dengarkan dan perhatikan semuanya. Bahwa di antara pertanyaan yang akan ditanyakan di hari kiamat nanti, yaitu berkaitan dengan masalah tauhid dan juga ittiba’. Makanya Al-Imam Ibnu Qayyim di dalam mukaddimah kitabnya زاد المعاد في هدي خير العباد mengatakan bahwa yang akan ditanyakan nanti di hari kiamat yaitu:

ماذا كنتم تعبدون؟

“Apa yang kalian sembah?” Maksudnya bagaimana kalian mentauhidkan Allah atau tidak?

Kemudian hal kedua yang akan ditanyakan:

وماذا أجبتم المرسلين؟

“Bagaimana kalian mengikuti para Rasul?” Artinya kalian ittiba’ tidak kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?

Ingat lagi pembahasan tentang tiga pertanyaan di alam kubur, yang pertama:

من ربك؟

“Siapa Rabbmu?”
Yang kedua:

ما دينك؟

“Apa agamamu?”
Yang ketiga:

من نبيك؟

“Siapa Nabimu?”

Ketika ditanyakan tentang Nabi, berarti apakah kita mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam atau tidak? Kita ittiba’ kepada beliau atau tidak? Begitu juga nanti di hari kiamat akan ditanyakan. Yaitu tentang bagaimana kalian menjawab seruannya para Rasul ‘Alaihimush Shalatu was Salam. Dan tentunya yang diutus kepada kita yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

4 Pertanyaan di Hari Kiamat

Kemudian di antara pertanyaan yang nanti ditanyakan nanti di hari kiamat, yaitu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ

“Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba nanti pada hari kiamat, melainkan mereka akan ditanya (1) tentang umurnya dihabiskan untuk apa? (2) tentang ilmunya diamalkan atau tidak? (3) tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan ke mana dia habiskan? (4) tentang tubuhnya, capek/lelahnya/letihnya untuk apa?” (HR Imam At-Tirmidzi dan Ad-Darimi)

Pertenyaan sebelumnya banyak, seperti pertanyaan tentang tauhid, tentang ittiba’, pertanyaan tentang yang pertama kali dihisab pada hari kiamat masalah shalat, yang berkaitan hubungan antara manusia dengan manusia yang pertama kali ditanya adalah masalah darah. Di antara pertanyaan-pertanyaan itu, ada 4 pertanyaan ini.

1. Umurnya dihabiskan untuk apa?

Kalau bicara soal umur, berarti bicara soal waktu. Antum perhatikan waktu Antum dihabiskan untuk apa? Jangan sampai waktu kita habis buat perbuatan dosa dan maksiat. Atau perbuatan yang haram atau makruh atau perbuatan yang sia-sia. Mubah tapi sia-sia, maka ini tidak bermanfaat. Ini akan ditanyakan di hari kiamat nanti.

Waktu kita sangat berharga, Antum harus gunakan waktu ini untuk ibadah kepada Allah, jangan habis waktu kita. Sebab Allah menyuruh kita untuk meluangkan waktu kita untuk ibadah kepada Allah. Karena Allah menciptakan kita untuk ibadah.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu.” (QS. Adz-Dzariyat[51]: 56)

Allah juga berfirman dalam hadits Qudsi:

يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي أَمْلَأْ صَدْرَكَ غِنًى وَأَسُدَّ فَقْرَكَ وَإِلَّا تَفْعَلْ مَلَأْتُ يَدَيْكَ شُغْلًا وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ

“Wahai anak Adam, luangkan waktumu sepenuhnya untuk ibadah kepadaKu, Aku akan penuhi hatimu dengan kecukupan dan Aku tutupi kefakiranm. Kalau engkau tidak lakukan itu (sibuk dengan dunia) maka Aku akan terus biarkan kamu sibuk dengan dunia ini dan Aku tidak akan menutupi kefakiranmu.” (HR. Tirmidzi)

Maka tinggal kita atur waktu kita. Adapun kerja, dagang, usaha, ini tetap jalan. Tapi harus mengatur waktu, jangan dilalaikan dari berdzikir kepada Allah. Sebab tujuan kita adalah akhirat.

2. Ilmunya diamalkan atau tidak?

Setelah kita menuntut ilmu, beribadah kepada Allah dan menggunakan waktu sebaik-baiknya, kemudian ilmu ini diamalkan atau tidak. Sebab ilmu yang kita tuntut, kita cari ini adalah untuk diamalkan. Hal ini akan ditanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari kiamat tenntang ilmu ini. Sebab banyak orang yang menuntut ilmu hanya untuk dikoleksi. Dari mulai dia sekolah ibtidaiyah, dilanjutkan tsanawiyah, aliyah kemudian dia masuk ke pondok, kemudian sekolah sampai mendapat gelar, diamalkan atau tidak ilmu itu? Manfaat atau tidak ilmu itu?

Makanya yang selalu kita minta setiap selesai shalat subuh adalah:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

“Ya Allah aku memohon kepada Engkau ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal dan amal yang diterima.” (HR. Ibnu Majah)

Banyak orang yang menuntut ilmu tapi sia-sia ilmunya. Harus bermanfaat, untuk dia bermanfaat, yaitu menjadikan dia tambah takut kepada Allah,

أصل العلم خشية الله

Tambah berusaha kita bagaimana menlaksanakan perintah Allah dan menjauhkan laranganNya, takut berbuat maksiat, takut adzab Allah.

Perkataan kita akan ditanya nanti. Makanya dikatakan oleh Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu:

تعلموا فإذا علمتم فاعملوا

“Belajarlah kalian, kalau sudah belajar maka amalkan.”

3. Hartanya dari mana dia peroleh dan kemana dihabiskan

Masalah harta adalah masalah besar dan masalah fitnah. Di dalam hadits yang shahih diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Ahmad dan yang lainnya, Nabi bersabda Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ

“Setiap umat ada fitnahnya dan fitnah umatku masalah harta.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan lainnya)

Dan secara umum manusia sangat tamak kepada harta. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا

Kalian sangat tamak kepada harta.” (QS. Al-Fajr[89]: 20)

Sudah banyak orang terfitnah. Bukan hanya orang awam, penuntut ilmu terkena fitnah dengan harta, ustadz, ulama, mereka pun bisa terkena fitnah dengan harta. Dan hal ini terjadi.

Dan kalau kita lihat, binasanya umat ini adalah karena harta ini. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan yang lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ هَذَا الدِّينَارُ وَالدِّرْهَمُ ، وَهُمَا مُهْلِكَاكُمْ

“Sesungguhnya yang membinasakan umat-umat sebelum kalian adalah dinar dan dirham. Dan keduanya akan membinasakan kamu.” (HR. Tirmidzi)

Kemudian setelah ditanya dari mana harta kita, maka akan ditanya kemana dihabiskan uang itu? Apakah di jalan Allah, untuk perbuatan ketaatan, atau untuk perbuatan syirik, bid’ah atau untuk yang sia-sia? Semua akan ditanya oleh Allah. Karena pada hakikatnya  harta itu milik Allah, bukan milik kita. Allah yang memberikan rezeki kepada kita, maka kita harus gunakan pada tempatnya yang Allah perintahkan dalam Al-Qur’an dan yang diperintahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Nabi tidak takut umatnya fakir. Tapi ketika dibuka pintu dunia ini, maka Nabi takut. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ

“Aku tidak khawatir kalian fakir, tapi yang aku takut kepada kalian ketika dibukakan oleh Allah pintu-pintu dunia. Kalian kejar-kejaran masalah dunia ini kemudian dunia ini membinasakan kalian sebagaimana membinasakan orang-orang sebelum kalian.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu yang dijamin dengan surga, beliau pingsan di depan para sahabat karena tidak makan.

Jadi kita harus hati-hati, banyak orang terkena fitnah dengan masalah harta ini, kejar-kejaran pada masalah dunia, dia lupa dengan ibadah kepada Allah. Yang kita cari ini bagaimana kita meraih ridha Allah, beribadah kepada Allah, menuntut ilmu dan melaksanakan kewajiban-kewajiban itu. Karena tujuan hidup kita adalah akhirat.

4. Capeknya kita

Lelahnya kita ini untuk apa? Untuk beribadah kepada Allah atau habis buat yang lain? Kalau capeknya dia dalam melaksanakan ibadah kepada Allah, melaksanakan sunnah, itu dapat hidayah. Tapi kalau habis waktunya, capek, lelah buat dunia atau buat yang bid’ah, maka dia akan biasa.

Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةٌ وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّتِي فَقَدْ أَفْلَحَ وَمَنْ كَانَتْ شِرَّتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ

“Sesungguhnya amal-amal itu ada masa-masa semangatnya dan amal itu ada masa lelahnya dan letihnya. Barangsiapa yang lelah dan letihnya karena mengamalkan sunnahku, maka dia mendapatkan hidayah. Dan barangsiapa yang lelah dan letih bukan karena sunnahku, maka dia orang yang binasa.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)

Kita harus menjadi orang-orang yang selamat. Yaitu sibuknya kita adalah untuk ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, melaksanakan apa-apa yang bermanfaat, jangan sampai kita sia-sia.

Lalu bagaimana pembahasan tentang Ahlus Sunnah mengimani adanya Al-Haudh? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download Mp3 Kajian Tentang Pertanyaan Pada Hari Kiamat


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49492-pertanyaan-pada-hari-kiamat/